"Untuk mencegah peredaran film tersebut sangat tidak mungkin lantaran besok (7/4) sudah mulai diputar," katanya.
Dalam film tersebut, Banser versi Hanung digambarkan sebagai sosok yang mudah cemburu dan dangkal pengetahuannya.
Menurut dia, pihaknya sangat menyayangkan langkah Hanung yang tertutup dalam menggarap film dengan bahan mengambil kelompok-kelompok tertentu.
”Mestinya, Hanung konfirmasi kepada tokoh-tokoh Banser sebelum membuat skenario sehingga tidak membuat ketersinggungan. Hanung sutradara top, namun pengetahuannya soal NU, terutama Banser, saya nilai nol besar. Terbukti sosok Banser yang dimunculkan sebagai tokoh sentral dalam filmnya justru mendiskreditkan Banser,” katanya.
Hasyim dan semua anggota Banser Surabaya pada Rabu menggelar rapat sehubungan dengan rencana pemutaran film tersebut dan meminta masyarakat yang menyaksikan film tersebut untuk tidak menanggapi serius.
Sebab, kata dia, tidak semuanya yang dituangkan Hanung benar adanya. ”Saya yakin masyarakat sudah paham, siapa Hanung sebenarnya, bahkan dalam film Sang Pencerah yang mengusung tokoh Muhammadiyah dia juga berusaha memunculkan orang NU di dalamnya, meski lagi-lagi tidak sesuai kepribadian orang Nahdliyin, itulah Hanung,” katanya.
Menurut Hasyim, Hanung harus meminta maaf kepada para tokoh Banser sekaligus merevisi film tersebut. ”Banyak yang tidak terima penggunaan seragam Banser yang tanpa meminta izin itu,” kata dia.
Sebelumnya, Ketua PP GP Ansor, Nusron Wahid, juga tidak sepakat dengan isi film Tanda Tanya karya Hanung yang cenderung mendiskreditkan Banser di mata umum.
”Masa ada Banser digambarkan suka mengamuk dan menganggap Banser adalah pekerjaan. Ini, kan, tidak benar. Banser itu pengabdian sebab tidak digaji,” ujar Nusron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar